Senin, 10 Oktober 2011

karna aku punya kamu

Aku masih simpan kisah malam itu
Di saat indah matamu buka hatiku
Merasakan getar cintaku kembali
Jiwa ini tlah sempurna karena aku punya kamu

Sayang selama ini kau kemana
Seumur hidup ku mencari
Tuk jatuh cinta terakhir itu kamu
Cinta tak pernah terbayang olehku
Indahnya rasa yang kau beri
Saat ku menemukanmu
Hati ini tlah hidup sendiri

Kau angkat aku jadi lebih jauh
Yang tak akan pernah mampu aku hadapi
Di saat cintamu selamatkan aku
Jiwa ini tlah sempurna karena aku punya kamu (kamu)

Sayang selama ini kau kemana
Seumur hidup ku mencari
Tuk jatuh cinta terakhir itu kamu
Cinta tak pernah terbayang olehku
Indahnya rasa yang kau beri
Saat ku menemukanmu
Hati ini tlah hidup sendiri
[by : Igo]

kapan ya aku bisa memilikimu?? ...hehehhe

ACC "terlalu indah unutk dilupakan"

Hiruk pikuk mahasiswa yang haus akan ilmu seakan memecah keheningan diruang perkuliahan eksperimen fisika, seakan mereka lupa akan urusan pribadi, belum makan, lupa boker, belum sikat gigi, belum naikin resleting,,, loh?? urusan keluarga, ataupun dengan hal yang lain. semua kekuatan otak dikerahkan untuk memaksa dosen mengeluarkan senjata ampuhnya dalam semua urusan,, ya "ACC"... ACC untuk pretes sebagai syarat ikut praktikum, kalo gag bisa jawab, dibilang malaslah, kurang seriuslah, menyepelekanlah,,, huh,,,,, tapi dengan lapang dada semua itu ku terima dengan senang hati, seperti teman saya pernah bilang gunakan dua kata ampuh; "PEDULI APA",, peduli apa dengan semua cacian , peduli apa dengan segala penindasan dan peduli apa dengan kelaparan dan kengantukan.... gag tahu perasaan teman-teman yang lain,, heheheheh...

Ya, ACC untuk ikut praktikum, jika kita lolos dari jebakan hole on the wall,, loh ?? oh tidak, super trap ding... kita dapat sedikit lega, menarik nafas dengan agak panjaaaaaaaaaaaaaaaaaang sekali,, duduk di pelataran gazebo sambil minu es extra joss,, MAntab... karean ACC tadi kita dapat memakai alat yang mutakhir yang pernah ada di film - film aksi bak terminator, alien defence bahkan power ranger atau satria baja hitam, hehehe,,, senjata elektron, medan elektromagnet, sinar laser, bahkan radiasi bahan radioaktif yang dibilang menakutkan, bergulat dengan angka - angka aneh, dan tak jarang bau gosong,, hehehehe maning,, iya itulah namanya romantika kuliah,,, ckckckckckc :D.

Minggu praktikum pun tiba, tapi sial banget gue hari ne, temen gue "gondrong" masih tertidur di kost.... klowor tu anak... gag jadi dapat yang pertama deh... okelah hari ini gue ngaku kalah dalam pelelangan penggunaan alat..... sialnya lagi si ibu ga ngebolehin pulang, disuruh nunggu, tahu sendiri mereka selesainya jam berapa, gag pengertian bgt... T T. GMku sayang, GMku malang......ngooooooook.

nah, kalo kita praktikum dan udah lolos, kita dapat ACC lagi deh buat bikin laporan, dengan tumbal begadang, ditolak dan revisi kita dapat tiket untuk ngumpulin laporan ,, dapat ACC lagi dah... itu berulang - ulang sampai semua mata praktikum selesai, dari menggunakan senjata elektron sampai radiasi bahan nuklir( radium itu loh), sampai kartu kendali kita penuh dengan yang namanya "ACC" dari dosen tersayang, akhirnya kita lulus, kita wisuda, dapat kerja , dan nikah dehhh... lhoh???? gag sgitunya kali :D..

salam hangat dari KBS,, praktikum fisika terlalu indah unutk dilupakan

Rabu, 05 Oktober 2011

Menangislah, Jika Harus Menangis

bertanyalah pada orang-orang yang sedang mencinta, mengapa mereka begitu mudah menitikkan air mata. baik itu menitikkan air mata untuk sesuatu yang mereka cintai, karena sedang disakiti oleh yang mereka cintai, atau sekedar bentuk pengharapan yang ditujukan kepada yang mereka cintai. tidak lain dan tidak bukan adalah ketika telah men-cintai, akan ada pautan dan tambatan hati, kepada sesuatu tersebut, bahkan sampai pada tingkatan menjadikan sesuatu tersebut tempat bergantung. semua bermodalkan cinta.

menangis, bisa jadi menjadi jalan terakhir yang ditempuh, ketika badai kepahitan dan kesusahan yang teramat sedang melanda. jika tak ada “tempat sampah” untuk menuangkan beban yang menyesakkan dada, menangis bisa jadi alternatif. menangislah, jika harus menangis. jika dengan menangis akan terkuras semua beban yang menerpa hati dan perasaan. menangislah jika dengan menangis kamu akan bahagia, manangis pulalah jika dengan menangis akan mampu menikmati betapa manisnya petualangan hidup manusia menempuh cobaan dan ujian Allah.

menangislah,.. dan silahkan berkaca untuk siapa tangisanmu, apakah untuk seorang manusia yang takkan pernah kekal abadi rasa cintanya, untuk manusia yang tak jarang pula membuat kecewa. dan berkacalah untuk siapa bentuk segala cinta dan tangismu

jika jawabanmu cinta dan tangisanmu untuk Dzat yang kekal abadi yang senantiasa mencurahkan Rahmat dan kasih sayangNya pada manusia, maka amat beruntunglah kamu. jika tangisan untuk dosa yang telah dilakukan semoga di ampuni dan takut akan api neraka, amat beruntunglah kamu.

“Rasulullah saw bersabda : Tidaklah mata seseorang menitiskan air mata kecuali Allah akan mengharamkan tubuhnya dari api neraka. Dan apabila air matanya mengalir ke pipi maka wajahnya tidak akan terkotori oleh debu kehinaan, apabila seorang daripada suatu kaum menangis, maka kaum itu akan di rahmati. Tidaklah ada sesuatupun yang tak mempunyai kadar dan balasan kecuali air mata. Sesungguhnya air mata dapat memadamkan lautan api neraka.”

Allahu a’lam bish showab

dikutip dari: Renungan Jiwa

Rabu, 15 Juni 2011

KAMPUS KONSERVASIKU DAN AKU : AKU TAKKAN MEMBIARKANNYA DIRUSAK (ORIGINAL ESSAY)


KISWANTO          
(Jurusan Fisika 09)                                                                                       
 Universitas Negeri Semarang
Nama saya  Kiswanto, sebelum saya kuliah di Universitas Negeri Semarang dan menetap di daerah Sampangan, saya berasal dari sebuah kabupaten di ujung timur Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Wonogiri, daerah yang terkenal akan komoditas gapleknya dan merupakan kawasan sabuk hijau dari daerah aliran sungai Bengawan Solo (Wikipedia.org/kabupaten wonogiri).
Seperti yang kita ketahui bahwa setiap daerah ingin maju dan mengembangkan potensi di daerahnya agar roda perekonomian melaju lebih kencang. Namun, jika aspek kelestarian lingkugan tidak diperhatikan maka bencanalah yang akan menghampiri, bukan profit yang akan melambungkan anggaran belanja daerah, bukan pula sebuah nama besar sebuah kota yang mampu mengelola dan meningkatkan kehidupan ekonominya, sehingga daerah lain terinspirasi untuk belajar dan melakukan telaah perekonomian pada pemerintah setempat.
Pada tahun 2008, Pemkab Wonogiri melakukan hubungan kerja dengan Pemerintah Republik Rakyat Cina (RRC) mengenai investasi dan rencana pembangunan Pabrik Bioetanol berbahan baku singkong yang pertama di Indonesia (Kedaulatan Rakyat, 26 Mei 2008). Setelah diratifikasi dan proyek akan segera dilakukan, diambillah kawasan hutan Kethu sebagai tempat pabrik berproduksi, sebenarnya kontroversi sudah mulai muncul sebab kawasan tersebut sebelumnya merupakan kawasan hutan lindung yang pada akhirnya dialihfungsikan sebagai hutan produksi, dan direncanakan sebagai wahana pelangi dunia pada masa pemerintahan Presiden Megawati, namun alih-alih menguntungkan, proyek yang didanai oleh bank dunia tersebut terhenti karena masalah krisis, kemudian pada akhirnya menimbulkan penyesalan, yaitu kerusakan lingkungan berupa hutan gundul yang sulit ditanami kembali dan semakin panasnya suhu daerah tersebut.
    Belajar dari pengalaman itu, sepertinya pemkab setempat bersifat ‘pelupa’, mereka tidak ingat pada pelajaran masa lampau. Beruntunglah pelajar-pelajar dan LSM masih mau mengingatkan mereka dengan melaporkannya kepada menteri kehutanan tentang rencana  yang terkesan ‘diam-diam’ dan ingin menyembunyikannya dari pihak kehutanan. Konflik kepentingan antara pihak kehutanan yang membatalkan izin reklamasi dan tukar guling  lahan dengan pemkabpun terjadi. Alasan peningkatan pertumbuhan perekonomian yang dilontarkan pihak pemkab tetap tidak membuat dinas kehutanan dan balai pengelolaan DAS Bengawan Solo berupah pikiran, disini peran masyarakat dan pelajar/mahasiswalah yang terpenting dengan selalu memberikan dorongan dan masukan kepada pihak yang mengelola hutan.
Sebenarnya saya sangat ketakutan saat bencana alam terus mengancam negeri ini, lebih – lebih jika diakibatkan oleh ulah manusia, seperti illegal logging, penambangan secara membabi buta dll, yang mengakibatkan banjir bandang dan tanah longsor atau bencana lainnya. Pengalaman diwaktu kecil yang saya alami beserta keluarga sepertinya menimbulkan trauma yang mendalam, waktu itu tanah longsor dan banjir bandang menghancurkan seluruh desaku yang menimbulkan ketakutan, kepayahan, dan memeras air mata. Saya berfikir dan merenung dan menarik kesimpulan bahwa ini adalah hasil yang kita petik dari buah yang kita tanam, akibat yang harus diterima semua orang akibat ulah segelintir orang yang tidak menghiraukan imbauan untuk tidak menebang hutan, sayangnya tidak semua orang mau berfikir seperti itu. Keserakahan dan nafsu untuk mendapatkan kenikmatan sesaat, nampaknya masih menetap diotak mereka. Maka dari gambaran tersebut sebagai mahasiswa, hendaknya kita mampu belajar  dan peduli terhadap masalah lingkungan yang ada di kampus kita. Semua itu memerlukan perhatian dari berbagi pihak, termasuk kita sebagai mahasiswa yang mempunyai posisi tawar yang cukup untuk mengawasi semua peristiwa yang berkaitan dengan lingkungan di tempat kita menuntut ilmu.


 ‘Ekoterorisme’ ancaman bagi kampus konservasi
Gelar tersebut sepertinya pantas saya anugerahkan kepada para perusak lingkungan, pihak yang ngotot membabat hutan dengan alasan ekonomi atau birokrat yang berencana ‘menanam’ gedung di lahan yang sudah dijadikan hutan pendidikan dan perusak ekologi lainnya, Terlepas pada soal peduli atau tidaknya warga kampus terhadap lingkungan sekitarnya, atau ‘bebalnya’ mahasiswa dan pengambil kebijakan terhadap perlunya melestarikan lingkungan, yang jelas, degradasi lingkungan, pencemaran udara akibat kendaraan bermotor yang berlalu-lalang, dan gedung baru yang akan ditanam, memang merupakan agenda yang harus dituntaskan. Bila perkara yang mengancam lingkungan ini tidak dicarikan solusi, maka sama saja dengan memelihara teroris alam, atau istilahnya adalah ekoterorisme.
Ekoterorisme bisa lebih ‘jahat’ dari terorisme politik yang pernah meledakkan Bali dan hotel J.W.Mariot. Alasannya, kerugian akibat bencana mencakup kerugian material dan nyawa yang rutin, setiap tahun, bahkan berpuluh tahun. Pada tahun 2003 saja berdasarkan data Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, dari januari hingga pertengahan Desember 2003 telah terjadi bencana longsor diseluruh Indonesia , 70 persennya di Provinsi Jawa Barat. Bencana memakan korban jiwa176 orang dan luka 93 orang. Bandingkanlah dengan bencana ‘terorisme politik` yang menyebabkan polisi akan berbondong-bondong mencari pelakunya hingga kepelosok bumi. Sebaliknya, jika rumah polisi dilanda musibah ekoterorisme, misalnya terendam banjir, pencarian pelaku tidak pernah diadakan.
Contoh tersebut saya ambil, karena hal ini ada korelasinya dengan sebuah papan yang bertuliskan ‘akan dibangun gedung baru’ pada beberapa tempat yang notabene ada pepohonan yang tumbuh rindang di area kampus UNNES. Pada kasus tanah longsor di Jawa Barat, setelah melalui kajian yang mendalam, ternyata faktor penyebabnya salah satunya adalah pembangunan perumahan dan vila yang tidak memperhatikan kondisi tanah pada tempat tersebut. Bila kita kaitkan dengan program pembangunan gedung baru yang ada di UNNES, khususnya pada area hutan pendidikan, degradasi lingkungan suatu saat mungkin akan terjadi, meski tak sama dengan yang ada di Jawa Barat.
Memang sulit mencari siapa sesungguhnya yang dijadikan tertuduh dalam bencana ekoterorisme. Oleh sebab itu, yang terbaik yang harus kita lakukan adalah melakukan pengelolaan lingkungan dalam program jangka panjang (long term program) yang memerlukan kearifan pengambilan kebijakan dan kepemimpinan yang mempunyai visi jauh kedepan
Lingkungan hidup dan sumber daya alam yang baik adalah warisan dari anak cucu manusia. Sayangnya, boro – boro bisa di wariskan, kalau ternyata kakek dan om-om telah merusak dan menghabiskan SDA tersebut. Lihat saja, pada kenyataanya, bencana – bencana alam yang terjadi seperti berbanding lurus dengan kerusakan alam dan ekologi yang dialaminya.
Oleh sebab itu, perumus ekologi dalam rumus globalnya mengatakan, untuk mencegah banjir, sebagaimana diatur oleh UU No 41 tentang kehutanan, jumlah hutan seharusnya adalah 30% dari luas wilayah. Adik –adik kita (yang masih kecil) sudah tahu bahwa di Papua (sebelum bencana banjir bandang di Wasior akibat pembalakan liar terjadi), dimana areal hutannya masih mencakup 80% wilayahnya ternyata tidak pernah mengalami banjir. Tetapi di Jawa, Luas kawasan yang masih berhutan atau lahan yang masih ditutup pepohonan hanya 4% (Badan Planologi Dephut tahun 1999/2001). Maka tidak aneh bahwa jawa merupakan wilayah yang paling ‘babak belur’ dilanda bencana ekoterorisme. Bagaimana dengan kampus kita yang dikatakan ‘kampus konservasi’? Berapa perbandingan area yang ditutupi pepohonan dengan luas UNNES secara keseluruhan? Dan berapa persen area hijau jika dikurangi dengan pedirian gedung baru pada hutan buatan yang ada?.
Saya selalu berpikir tentang apa yang seharusnya kita lakukan untuk menciptakan tempat tinggal yang nyaman, rumah yang aman di lingkungan kita bahkan diseluruh dunia. Hal ini sangat menarik dan cukup signifikan bahwa kestabilan lingkungan mempunyai dua arti yaitu, kenyamanan hidup dan perdamaian adalah satu dan sama diseluruh dunia. Saya berpikir, kita harus ingat bahwa lingkungan yang stabil bukanlah hadiah yang datang tiba-tiba. Kita harus menciptakannya. Itu mengapa beberapa langkah progressif perlu dilakukan.
Birokrat Sadar Lingkungan
Kunci paling penting dalam menghadapi ancaman kerusakan lingkungan adalah melestarikan hutan disekitar kita, apapun jenisnya. Hutan merupakan anugerah yang paling mahal dan perlu dua atau tiga generasi untuk menumbuhkannya kembali. Suksesi tumbuhmya hutan alam dihitung baru akan pulih setelah ratusan tahun, itupun jika faktor-faktor keanekaragaman hayati dan kompleksitas ekosistem masih tersedia sebagai syarat untuk kembalinya ekosistem tersebut.
Oleh karena itu, sebagai mahasiswa yang mencintai lingkungan tak ada salahnya jika mengimbau agar pada pemilihan presiden kampus, atau otoritas yang lain seperti rektor atau dekan supaya memilih calon yang mempunyai reputasi dan concern lingkungan dan hutan yang tinggi. Bukan sebaliknya, menunjuk calon yang bisa seenaknya merekomendasi dan merestui penebangan hutan untuk ‘penanaman’ gedung atau kebijakan lainnya yang merugikan lingkungan.
Mahasiswa yang mampu Mewujudkan Kampus Berwawasan Lingkungan
Kampus berwawasan lingkungan memang menjadi dambaan setiap orang, Siapa yang tidak merindukan sebuah kampus dengan lingkungan yang asri, begitu segar udara saat kita menghirup udara dalam-dalam, begitu nyamannya duduk dibawah pohon yang rindang sambil membaca buku kesukaan kita, apalagi kalau kita dapat menikmati kicauan burung, atau  menyaksikan kumbang dan kupu-kupu yang berpindah-pindah menyinggahi bunga.
Pengetahuan tentang kondisi lingkungan
Untuk merealisasikan keadaan itu, kita sebagai mahasiswa yang berwawasan luas hendaknya tahu perkembangan pembangunan fisik yang membawa dampak lingkungan yang buruk. Kicauan burung pada lingkungan sekitar kampus kita dapat dijadikan indikator alami yang dapat mencerminkan salah satu kelengkapan mata rantai ekosistem. Jika berjumpa burung liar terutama jenis pemakan serangga, yang umumnya merupakan burung berkicau di suatu tempat, disitu pasti pula ada pohon yang cukup rimbun, ada serangga penyerbuk, kupu-kupu, atau kumbang-kumbang sebagai mangsa.
Rantai makanan yang lain, pasti ada pohon berbunga dan buah-buahan yang cukup bersih dan tidak tercemar pestisida. Oleh karena itu memungkinkan jenis-jenis serangga berkembang biak, namun serangga itu bertindak sebagai hama karena burung dan serangga lain dapat menjadi kontrol biologis alami (biological control), ledakan populasi serangga tersebut.
Sebaliknya, jika burung sepi bernyanyi pasti ada sesutau yang tidak beres. Perlu diperiksa apakah tanaman yang ada disekeliling pemukiman atau kampus tersebut kurang akomodatif untuk burung sehingga tidak disukai, kedua, apakah jumlah pohon cukup banyak untuk untuk burung menetap sebagi tempat hidup, dan ketiga, apakah kawasan tersebut sudah tercemar kondisi lingkungannya, baik oleh pestisida maupun kadar polusi yang berlebihan sehingga serangga tidak dapat hidup. Dengan tidak adanya serangga sebagai mangsa, praktis burung-burung berkicaupun tidak ditemukan.
Pendekatan Ekologi
 Untuk membangun lingkungan (tidak hanya kampus) yang layak, perlu dipertimbangkan pendekatan ekologi. Keberhasilan perencanaan suatu kampus dengan pendekatan ekologi ini akan berdampak pada lingkungan sehingga dapat dikelola secara berkelanjutan.
Dua langkah penting pendekatan ekologis yang perlu dilakukan mahasiswa dan pihak terkait antara lain: pertama, pemantauan perencanaan dan pengelolaan tata kampus untuk memenuhi kebutuhan fisik, sosial, dan kebutuhan lain dengan cara memperhatikan keseimbangan antara bangunan fisik dan ekosistem.
Kedua, berusaha untuk mempertahankan kombinasi yang selaras antara unsur-unsur buatan manusia dan yang telah ada secara alami untuk mempertahankan habitat yang langsung atau tidak langsung diperlukan oleh semua orang dalam lingkungan tersebut. Kesimpulannya adalah, kampus yang sehat tidak terlepas dari suasana yang harmonis secara menyeluruh mengenai kondisi ekosistem maupun keadaan fisik lingkungan tersebut.
Akhirnya, saya mengucapkan terima kasih kepada organisasi yang menyelenggarakan lomba essay ini. Ini adalah kesempatan kedua saya untuk dapat menyumbangkan ide dalam usaha mempertahankan kampus konservasi ini. Bagi saya, siapa yang akan menang atau kalah adalah tidak penting. Semua peserta yang ikut dalam lomba ini adalah pemenang, perhatian, pemikiran dan kepedulian mereka tidak terhitung nilainya. Kehidupan yang lebih baik dan bersahabat dengan lingkungan merupakan agenda kita sebagai mahasiswa yang peduli terhadap lingkungan, kritikan dan celotehan kita merupakan bukti bahwa mahasiswa sebagai fungsi kontrol masih tetap hidup ditengah carut marut masalah  bencana dan lingkungan disekitar kita.
Saya akan melakukan yang terbaik untuk lingkungan ini, kampus konservasi ini, saya tidak akan membiarkannya dirusak karena saya tidak ingin mengulang kejadian pilu akibat bencana alam yang pernah saya alami.


DAFTAR BACAAN
BAPPENAS.1996.Biodiversity Action Plan: Indonesia.Jakarta: Bappenas.
Departemen Kehutanan.1994. Statistik Kehutanan Bidang PHPH. Jakarta : Dephut.
id.wikipedia.org/wiki/Hutan


SUMBER –SUMBER TULISAN
The Day After Tomorrow, lenyapnya Hutan Kita ( Koran Tempo, 7 Juli 2004)
Visi ‘Hijau’ Partai-Partai Politik ( Tropika Indonesia. Juni-Agustus, 2004)
Pemilihan Legislatif Berwawasan Lingkungan. (Sinar Harapan. 15 Maret 2004)
Konservasi, Bisnis Penuh Resiko (Pancaroba, No 8 Musim Kemarau, 1996)
Diambang Kepunahan( Koran Tempo, 5 Maret 2005)
JIKA PROYEK KAWASAN INDUSTRI KETU GAGAL ; Bupati Wonogiri Siap Mengundurkan Diri ( Kedaulatan Rakyat, Senin, 26 Mei 2008)

Selasa, 14 Juni 2011

JANJI HATCHI


Kalau kamu datang, tunggu aku di bawah pohon nangka. Aku sudah membuat janji untuk bertemu di gang bakwan depan sekolahan. Kamu ingat? Kang Yanto, temanku yang baik hati itu sudah memberi segala macam persiapan kepadaku untuk bertemu denganmu. Tak perlu berlama-lama, kamu bisa pulang setelah apa yang kukatakan selesai. Setelah itu, kamu memiliki janjiku. Janji yang terakhir.

Hatchi, Sudah dua sabtu aku menunggumu ditikungan ketiga, dibawah pohon nangka. Gelisah dan sendirian. Lima batang coklat kuhabiskan sembari berharap sosokmu muncul dari balik belokan, tetapi pada batang yang kelima, aku tahu, kamu tak akan muncul. Sia-sia saja menunggu. Maka aku pulang dalam diam, dan tertidur lepas ashar dimatras tempat tidurku. Sementara teman-temanku yang lain bersendau gurau diluar ruangan dengan mereka yang telah selesai mengerjakan ulangan. Diam-diam, aku masih menunggumu. Kamu tak pernah datang. Kebawah pohon nangka dimana kita biasa menyapa dipelipiran jalan, atau di depan masjid sekolahku.

Surat itu kuselipkan dibawah pot bunga di samping wastafel aula yang tersembunyi atau terkadang didalam buku-buku yang kupinjamkan kepadamu. Disitu, janjimu kita bertukar pesan. Atau sajak. Sebab katamu, kamu lebih suka membaca surat tanganku yang rahasia, ketimbang membaca pesan pendekku di ponselmu yang sulit dirahasiakan. Atas nama rahasia pula surat-suratmu kutitipkan didalam kotak sepatu tua dan kusembunyikan rukut dalam lemari plastic khas anak kos. Tahukah kamu, kotak sepatu itu sudah hampir buncah, sebab kita bersurat tanpa jeda. Sampai kau berhenti muncul di aula dekat ruang kelasmu. Atau tepatnya, berhenti memeriksa pot bunga yang letaknya tersembunyi itu. Aku tahu, sesekali kamu masih datang ketika aku tak ada.

Ah, aku tahu, tak sepantasnya aku besar kepala, meskipun kamu senantiasa tersenyum malu menunduk kepadaku, menyatakan elok dan anggun perangaimu, setiap kali melalui markas besarku itu. Kebanyakan dari mereka yang datang hanya ingin suatu pengetahuan baru, rumus sistemik integral parsial, efek hamburan Compton yang membingungkan, bahkan ada yang menanyakan neraca lajur yang pasti aku tidak paham tentangnya, bukan persahabatan, makna kehidupan atau bahkan cinta. Tetapi aku telah terlanjur memaknai bunga krisan dilereng gandul itu sebagai rendez-vous. Barangkali karena bagiku kamu berbeda dengan orang yang lain. Sebab rasanya bukan jawaban ilmiahku yang ingin kau ikat. Ada yang lebih dari itu. Sebab itulah aku desak diriku untuk bertanya.

Tapi sejak itu kamu tak lagi muncul untuk sekedar bertanya padaku tentang masalah – masalah yang merundungmu. Apakah karena aku telah lancang bertanya? Apa lelaki sepertiku tidak punya hak utnuk mencintai? Percakapan disenja layu itu berakhir dengan diam. Kamu ranggas dan mengeras, seperti batu. Lalu lenyap sama sekali. Kawanku Erlin sudah bosan bertanya tentang kamu, sebab tak pernah kugubris. Akhir-akhir ini, ia bahkan bersikap cuek padaku. Sebab aku sudah enggan berkumpul. Meski tanpa hal itupun teman-teman tetap menganggapku sebagai orang yang malas berkumpul.
Hatchi, Aku tahu kamu membaca suratku, Aku tahu kamu perlu waktu untuk berfikir. Tapi sabtu depan adalah sabtu terakhir yang dapat aku berikan. Aku tak bisa menunggu selamanya. Erlin mengancam akan menghentikan program karya ilmiah untuk deadline yang terakhir kalinya, kalau aku terus-terusan keluar ijin ketika riset sedang berlangsung. Lagi pula ia mungkin takut aku akan berhenti. Aku bukan orang kaya, Hatci. Aku masih punya mimpi untuk membahagiakan orang tuaku di Bulukemba sana. Berangan-angan bisa memensiunkan emak-bapak-ku dari ladang orang. Biarlah mereka hidup enak. Biar aku saja yang bekerja kelak. Bukankah aku pernah bercerita?
Maka, Hatchi, Temuilah aku ditikungan ketiga, dibawah pohon nangka. Setelah itu kita bisa berbicara. Tidak terdiam dengan surat itu. Tidak juga dengan pesan pendek sebab aku akan mencoba berani. Tapi aku akan bebicara di sebuah pelataran di gang bakwan, yang sudah kupersiapkan dengan sebuah kejutan. Sedikit orang mungkin akan melihat untuk memperhatikannya. Tapi selebihnya, kita sendirian. Seperti biasa. Aku akan berbicara untuk memilikimu sepenuhnya.

Sabtu sore terakhir. Semua sudah rapi kusiapkan. Entah kenapa aku bisa begitu yakin kamu akan datang. Setelah adzan asar selesai dikumandangkan aku sudah terjaga, lebih awal dari biasa, dan buru-buru turun ke gang bakwan.
“Apa kamu yakin, dia pasti datang?” Tanya Kang Yanto setelah tawanya habis, ketika aku tergopoh-gopoh datang padanya untuk memastikan. Rencana ini memang kususun bersama Kang Yanto. Hanya dengannya aku berani bercerita. Dulu Kang Yanto sama sepertiku, tak seperti Erlin yang judes dan pandai berhitung. Karena itu ia bisa memahamiku.
Aku mengangguk. Kang yanto barangkali menangkap kecemasan berkilat diwajahku.
“Sudah ada kawan untuk memberikan kejutan?” pertanyaan lelaki kekar pegawai baru kancab dinas pendidikan yang juga mantan pemain sepak bola yang baik hati itu membuatku tercekat. Bukan karena aku alpha untuk mengatur rencana. Tapi oleh angin dingin yang tiba-tiba menghantam tubuhku. Memerihkan jantung. Entah kenapa. Barangkali sebab dengan kedatangan kawan-kawanlah yang akan menggetarkan pernyataan terakhirku denganmu.
“Sudah, Ari Cs nanti yang pergi. Aku akan bel dia kalau Hatchi telah datang.”
“Salam untuk Pak Kadin, ya kang. Masih tugas dia?”
Gorila coklat yang kukunjungi itu mengangguk. Aku beranjak dan melambai. Kurasakan wajahku kaku, entah kenapa.

Aku berbelok kebarat, keluar gang, menyusur jalan raya dan mendaki keutara, melewati Batas Kota. Pekat masih terus tinggal dipipiku. Tetapi dingin menyusup dari hutan-hutan jauh. Hatchi, semuanya sudah siap. Tinggal diriku sendiri yang mesti berkemas.
……………………………………………………………………………………………………
Jam empat lebih lima belas. Susah payah, kujejalkan novel hijau seharga Rp. 25.000,- yang kubeli saat wonogiri fair ke dalam tasku. Menurutku buku abstraksi yang kau ceritakan dulu itu yang layak dijadikan saksi. Lalu aku menyelinap ke laboratorium fisika untuk ijin ke pak Roghi dan menyerahkan paperku kepada erlin. Muka erlin sedikit cemberut karena dari pagi sudah tiga empat kali mengajakku berdiskusi dan kutolak halus-halus, tapi toh di ijinkannya aku pergi, setelah kujanjikan untuk membawa pekerjaanku besok pagi.
Pukul empat tepat, aku sudah duduk disana, menunggumu ditempat yang dijanjikan. Jantungku berdegup kencang. Keringatku mengalir. Sambil merunduk, kubayangkan kamu dan pertemuan kita nanti. Kamu akan datang dengan kerudung ungumu yang coraknya kuingat betul. Setelah itu kamu akan menyapa seprti biasa. Aku akan menelpon Ari Cs. Aku akan memintanya bersiap-bersiap untuk menjalankan plan-B. Sembari menunggu mereka datang kita bisa duduk-duduk di depan teras sekolah, bercanda ria dengan hal yang sifatnya “ngalor-ngidul”. Aku akan bertanya kemana saja kamu selama ini? Apa ada suatu masalah antara kamu dan aku? Dan kamu akan tersenyum tipis seraya mengalihkan pandanganmu. Itu adalah isyarat kalau kamu akan berbicara sesuatu.

Kubuka tasku untuk melihat HP dan buku kusutku. Di jalan anak-anak lalu-lalang dengan segala kesibukan anak SMA. Sesaat, aku seperti melihat dirimu bersama seorang lelaki melintas dengan Honda Tiger melesat didepanku, tapi kalau toh benar, kamu pasti akan berhenti dan menghampiriku. Kuhembuskan nafasku kuat-kuat ke udara. Kamu mungkin terlambat, tapi pasti datang. Sesuatu diperutku meloncat girang, seperti kupu yang menggeliat dari kepompongnya.
Pukul setengah lima kita akan berkumpul di gang bakwan, didalam suasana yang hangat. Berharap engkau akan terkesan dengan keanehan yang akan dibuat.

Ya, Hatchi. Bukankah sudah kukatakan kepadamu, Aku ingin memilikimu?Tak Perlu takut kau kubuat 
kesepian karena aktivitasku, sebab aku disiplin dalam memilah waktu, kan kuatur ulang jadwal keseharianku. Aku juga tidak akan banyak menuntut lazimnya orang berpacaran yang lain. Toh kamu sendiri sudah punya pendirian yang kuat. Hati kecilku tak pelak berharap kamu akan menerimaku apa adanya, sekedar mengungkapkan rasa dan bom waktu yang menetap dikalbuku, tapi jika itu terlalu muluk-muluk, aku bisa tinggal seperti ini saja. Tetap dengan mimpiku membahagiakan orang tuaku dan memensiunkan emak-bapakku dari ladang, tanpa ada gangguan batin. Bagiku mengenalmu saja sudah cukup.
Pukul setengah lima, orang-orang mengalir tak sederas tadi; kini mereka parkir di kos-kosan masing-masing. Kamu tetap saja tak ada. Perutku mual dan bersiul menahan lapar dan dingin. Dimana kamu? Aku tak seberapa peduli pada lapar, kita bisa makan bersama, nanti. Tapi kenapa kamu belum juga datang? Bulukudukku berdiri. Angin menusuk. Dilangit barat, senja merah mulai beriring. Sore ini akan segera berakhir.

Dekat jam lima sore. Jalanan sepi, sudah terlampau larut. Kubuang buku itu jauh-jauh ke dalam pembuangan, sebelum berjalan mendaki jalan nakula. Sore ini kuputuskan kembali ke lab percobaan, tempatku membuang segala emosi dan melampiaskannya. Aku bisa memakai computer disana, membuka instrument praktikum yang rusak bukan karena tangan praktikan tetapi karena terlalu lama disimpan. Bila ada teman-teman disana barangkali aku akan berubah pikiran. Menghabiskan perlengkapan yang sudah disiapkan untuk sekedar hiburan. Sembari tersengal meratapi nasib diri ini.
Aku berbelok ketoko pak broto untuk membeli minuman dan roti. Ada duit seratus ribu sisa beasiswaku kemarin. Malam ini aku bisa mentraktir teman-teman seperjuanganku di bakso pak tukang. Didepan pojok kelasku yang bawah dalam jalanku ke laborat. Ada sepasang sejoli yang sedang bercengkrama, bersendau gurau nampak dari kejauhan. Aku merasa mengenal satu dari dua orang itu, maka aku berhenti sejenak untuk memperhatikan mereka. Sepasang manusia itu masih tertawa-tawa.
“Pak prof!!” si laki-laki menyapaku. Pram, pelajar kelas sebelah yang terkenal gentle dan kaya. Aku melambai dan tersenyum tipis.
Ya, aku tahu benar kondisi itu baginya. Badanku meradang, keringat dingin bercucuran dan gejolak demam mulai menyerangku, apakah ini rasanya badai cinta? Melebihi suasana badai catrina. Gumamku dalam hati. Bersenang-senanglah kamu hari ini dan selamanya.
Wanita berkerudung coklat yang masih memandangku dengan wajah putih. Ya, itu memang kamu Hatchi. Tapi ku tak lagi mengenalmu. Ku buang roti pisangku yang masih setengah ke tanah. Sebelum berjalan menuju laborat tempatku berkarya, tanpa menoleh lagi.

By Kiswanto